Minggu, 26 Juli 2015

MAKALAH TOF (TETRALOGY OF FALLOT) - KOAS KARDIOLOGI

BAB 1
PENDAHULUAN


Tetralogy of Fallot (TOF) pertama kali dijelaskan pada tahun 1888, terdiri dari defek pada septum ventrikel (VSD), obstruksi di saluran keluar ventrikel kanan, sebuah overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan (RVH).1
Tetralogy of Fallot (TOF) terjadi pada 3 dari setiap 10.000 kelahiran hidup. Ini adalah penyebab paling umum dari penyakit jantung sianotik di pasien yang terjadi pada usia neonatal, dan dilaporkan hal ini terjadi hingga sebanyak sepersepuluh dari semua penyakit jantung kongenital.2
Penelitian di Belanda melaporkan bahwa Tetralogy of Fallot (TOF) terjadi sebesar 4% dari semua penyakit jantung kongenital. Insidensi kelahiran bayi dengan TOF dilaporkan sebesar 0.4 per 1.000 lahir hidup bayi. Ini berarti bahwa sekitar 70 anak-anak dengan TOF lahir di Belanda setiap tahun. Tetralogy of Fallot (TOF) tampaknya menjadi suatu gangguan poligenik, dengan sejumlah kecil gen yang berinteraksi. Risiko memiliki  anak dengan penyakit jantung kongenital telah dilaporkan sekitar 3% jika salah satu dari orang tua mengidap TOF.3
CDC memperkirakan setiap tahunnya sekitar 1.575 bayi di AmerikaSerikat yang lahir dengan TOF. Dengan kata lain, sekitar 4 dari setiap 10.000 bayi yang lahir di Amerika Serikat setiap tahunnya lahir dengan TOF. Tetralogy of Fallot (TOF) mewakili 10% dari kasus penyakit jantung kongenital dan merupakan penyebab paling umum dari penyakit jantung kongenital sianotik. Insiden terjadinya TOF lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Prevalensi TOF terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan merupakan penyebab paling umum penyakit jantung kongenital sianotik. Tetralogy of Fallot (TOF)  menyumbang sepertiga dari semua penyakit jantung kongenital pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun.5
Dalam kebanyakan kasus, TOF adalah sporadik dan nonfamilial. Kejadian pada saudara kandung dari orang tua pasien yang mengalami TOF sekitar 1-5% dan lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Kelainan ini berhubungan dengan anomali ekstrakardiak seperti labia skizis dan palatum, hipospadia, kelainan rangka, dan kraniofasial. Sebuah mikro delesi dalam kromosom 22 (22q11) telah diidentifikasi pada pasien dengan TOF sebagai salah satu manifestasi kardiovaskular yang lahir di Amerika Serikat setiap tahunnya yang lahir dengan TOF.5
Di Indonesia sendiri,TOF menempati urutan ke empat (10-15%) dari seluruh penyakit jantung bawaan dan 2/3 dari penyakit jantung bawaan sianotik. Di RSU dr.Soetomo sebagian besar pasien TOF didapat diatas umur 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari data tersebut serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan TOF ini, maka sebagai dokter umum kita dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mengetahui tentang penyakit ini. Oleh karena itu, kami mengangkat kasus TOF ini sebagai bahan untuk laporan kasus di Departemen Kardiologi FK USU RSUP H.Adam Malik.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi 4-6
             
              Tetralogy of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung kongenital dengan kelainan struktur jantung yang muncul pada saat lahir dan terjadi perubahan aliran darah di jantung.  Tetralogy of Fallot (TOF) melibatkan empat kelainan jantung, yaitu (Gambar 2.1) :
a.Stenosis Pulmonal
Hal ini diakibatkan oleh penyempitan dari katup pulmonal, dimana darah mengalir dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Secara fisiologis, darah yang sedikit oksigen dari ventrikel kanan akan mengalir melalui katup pulmonal, masuk ke dalam arteri pulmonalis, dan keluar ke paru-paru untuk mengambil oksigen. Pada stenosis pulmonal, jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk memompa darah dan tidak cukup darah untuk mencapai paru-paru.
b.Ventricular Septal Defect (VSD)
Jantung memiliki dinding yang memisahkan dua bilik pada sisi kiri dan dua bilik di sisi kanan yang disebut septum. Septum berfungsi untuk mencegah bercampurnya darah yang miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigen diantara kedua sisi jantung. Pada VSD dijumpai lubang di bagian septum yang memisahkan kedua ventrikel di ruang bawah jantung. Lubang ini memungkinkan darah yang kaya oksigen dari ventrikel kiri untuk bercampur dengan darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan.
c. Overriding Aorta
Ini merupakan kelainan pada aorta yang merupakan arteri utama yang membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Secara anatomi jantung yang normal, aorta melekat pada ventrikel kiri. Hal ini memungkinkan hanya darah yang kaya oksigen mengalir ke seluruh tubuh. Pada TOF, aorta berada di antara ventrikel kiri dan kanan, langsung di atas VSD. Hal ini mengakibatkan darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan mengalir langsung ke aorta bukan ke dalam arteri pulmonalis kemudian ke paru-paru.
d. Hipertrofi Ventrikel Kanan (RVH)
Kelainan ini terjadi jika ventrikel kanan menebal karena jantung harus memompa lebih keras dari yang seharusnya agar darah dapat melewati katup pulmonal yang menyempit. Obstruksi aliran darah arteri pulmonal biasanya pada kedua infundibulum ventrikel kanan dan katup pulmonal. Obstruksi total dari aliran ventrikel kanan (atresia pulmonal) dengan VSD diklasifikasikan dalam bentuk ekstrim dari TOF.


Gambar 2.1Gambaran Jantung Normal dan TOF
Darah dari kedua ventrikel dipompa ke seluruh tubuh, termasuk darah yang miskin oksigen. Hal ini mengakibatkan bayi dan anak-anak dengan TOF sering memiliki warna kulit biru yang disebut sianosis karena miskinnya oksigen di dalam darah. Saat lahir kemungkinan bayi tidak terlihat biru tetapi kemudian bisa terjadi episode mendadak yang disebut spell ditandai dengan kulit kebiruan saat menangis atau makan.
Hypoxic spell (cyanotic spell/hypercyanotic spell/”tet” spell) pada TOF biasanya terjadi pada infant  dengan insidensi puncaknya pada usia 2-4 bulan. Adapun karakteristik hypoxic spell yaitu ditandai dengan paroksismal hiperpnea (respirasi yang cepat dan dalam), irritabilitas dan menangis yang berkepanjangan, sianosi yang meningkat, dan menurunnya intensitas murmur. Hypoxic spell ini biasanya terjadi pada pagi hari setelah menangis, makan, atau defekasi. Hypoxic spell yang berat dapat menyebabkan kejang, kehilangan kesadaran, cerebrovascular accident, bahkan hingga kematian. 

2.2 Etiologi
Penyebab penyakit jantung kongenital sebagian besar tidak diketahui, meskipun penelitian genetik menunjukkan etiologi multifaktorial. Faktor prenatal yang berhubungan dengan insiden yang lebih tinggi pada TOF termasuk rubella virus atau penyakit virus lainnya selama kehamilan, gizi buruk prenatal, kebiasaan ibu minum alkohol, merokok, usia ibu yang lebih dari 40 tahun, dan diabetes.7

2.3 Manifestasi Klinis dan Patofisiologi6
Bayi dengan obstruksi ventrikel kanan yang ringan, awalnya mungkin terlihat dengan gagal jantung yang disebabkan oleh pirau ventrikel dari kiri ke kanan. Seringkali sianosis tidak muncul pada saat lahir. Tetapi dengan adanya dijumpai hipertrofi ventrikel kanan dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pasien, sianosis terjadi di tahun pertama kehidupan yang dapat terlihat di selaput lendir bibir, mulut, dan kuku.
Pada bayi dengan obstruksi ventrikel kanan yang berat, aliran darah paru tergantung pada aliran melalui duktus arteriosus. Pada saat duktus mulai menutup dalam 1 jam atau beberapa hari kehidupan, sianosis berat dan kolaps sirkulasi dapat terjadi. Anak dengan sianosis yang berlama-lama dan belum menjalani operasi mungkin memiliki kulit berwarna biru kehitaman, sklera abu-abu dengan pembuluh darah membesar, dan ditandai dengan jari tabuh.
Salah satu manifestasi lain adalah dispnoe yang biasanya timbul saat beraktivitas. Pada saat terjadi dispnoe, anak akan mengambil posisi jongkok untuk mengurangi dispnoe dan anak biasanya dapat melanjutkan aktivitas fisik dalam beberapa menit.
        Hipersianotik paroksismal merupakan masalah yang dapat dijumpai selama tahun pertama dan kedua kehidupan. Bayi menjadi hipersianosis dan gelisah, takipnoe, dan sinkop.
        Spell paling sering terjadi di pagi hari yang berkaitan dengan pengurangan aliran darah paru yang sudah terganggu dan bila berkepanjangan mengakibatkan hipoksia sistemik yang berat  dan asidosis metabolik. Spell dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam namun jarang berakibat fatal yang ditandai dengan keadaan umum lemah dan setelah serangan pasien tertidur. Spell yang berat dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan kadang-kadang ditemukan kejang dan hemiparese.
        Bayi dengan sianosis yang ringan lebih rentan untuk terjadinya spell karena tidak memperoleh mekanisme homeostatis untuk mentolerir penurunan cepat saturasi oksigen arteri seperti polisitemia.
2.4 Diagnosis8-11
 Ada beberapa langkah diagnostik untuk menegakkan diagnosa TOF, yaitu dari mulai anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada bayi dengan TOF dari sejak lahir atau kemudian sesudah lahir sudah didapati keluhan biru. Selain itu juga ada keluhan sesak nafas pada saat beraktivitas. Bayi dengan TOF ringan (pink fallot) biasanya asimtomatik namun terkadang dapat menunjukkan tanda gagal jantung, seperti pada VSD besar dengan pirau dari kiri ke kanan. Pasien dengan atresia pulmonal tampak sianosis pada saat lahir atau segera setelah lahir.
Dari pemeriksaan fisik, didapati sianosis dengan derajat yang bervariasi, nafas cepat, jari tabuh. Selain itu,  tampak peningkatan aktifitas ventrikel kanan sepanjang tepi sternum dan thrill sistolik di bagian atas dan tengah tepi sternum kiri. Ejeksi yang berasal dari aorta dapat terdengar. Bunyi jantung II biasanya tunggal, keras, bising ejeksi sistolik (grade 3-5/6) pada bagian atas dan tengah tepi sternum kiri.
Dari pemeriksaan penunjang, dengan menggunakan pemeriksaan foto thoraks akan didapatkan gambaran hipertrofi ventrikel kanan yang ditandai dengan apex jantung yang terangkat dan juga dijumpai penurunan ukuran dari segmen arteri pulmonal sehingga akan terlihat gambaran jantung yang khas seperti sepatu boot (boot-shaped). Gambaran pembuluh darah pulmonal biasanya berkurang/cekung (oligemi) karena penurunan aliran yang melalui sirkulasi pulmonal.
Dari elektrokardiografi didapatkan hipertrofi ventrikel kanan (RVH) dengan deviasi aksis ke kanan (RAD). Kadang disertai hipertrofi atrium kanan.
Dari ekokardiografi tampak defek septum ventrikel jenis perimembranus dengan overriding aorta kurang lebih 50% dan penebalan infundibulum ventrikel kanan. Pada ekokardiografi 2-dimensi dapat ditentukan tipe VSD (perimembranus subaortik atau subarterial doubly committed), overriding aorta, deviasi septum infundibular ke anterior, dimensi dan fungsi ventrikel kiri, dan tentukan konfluensi dan diameter cabang-cabang arteri pulmonalis. Sedangkan, dari ekokardiografi berwarna dan Doppler, dapat dilihat aliran dari ventrikel kanan ke aorta melalui VSD serta dapat dihitung perbedaan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis (beratnya PS).
Dari kateterisasi jantung dan angiokardiogram TOF, dilakukan terutama untuk menilai arteri pulmonalis dengan cabang-cabangnya, anomali arteri koroner baik asal maupun jalannya, dan defek septum ventrikel tambahan bila ada. Dari angiografi ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dapat dinilai konfluensi dan diameter kedua arteri pulmonalis dan ada tidaknya stenosis pada perabangan arteri pulmonalis atau di perifer. Sedangkan angiografi aorta dilakukan bila diperlukan untuk melihat kelainan arteri koronaria atau bila diduga ada kolateral.
Pemeriksaan sadap jantung dilakukan terutama untuk menilai konfluensi dan ukuran arteri pulmonalis serta cabang-cabangnya, mencari anomali arteri koroner, serta melihat ada tidaknya VSD tambahan dan melihat ada tidaknya kolateral dari aorta langsung ke paru (anak besar/dewasa).

2.5 Penatalaksanaan9-11
Tujuan pokok dalam menangani TOF adalah koreksi primer yaitu penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Syarat untuk keberhasilan primer adalah ukuran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya yang harus cukup besar, minimal 1/3 dari aorta desenden. Selain itu juga tidak ada arteri koroner yang menyilang alur keluar ventrikel kanan dan ukuran ventrikel kiri harus cukup besar agar mampu menampung darah sistemik. Umumnya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun, dengan perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8kg.
Bila syarat-syaratnya untuk keberhasilan koreksi primer belum terpenuhi, maka dilakukan tindakan paliatif yaitu membuat pirau antara sistemik dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig Shunt. Jenis operasi shunt ini adalah membuat pirau antara arteri subklavia dengan cabang arteri pulmonalis. Bila usia belum mencapai 1 tahun atau berat badan < 8kg, namun anak sering mengalami spel sianotik atau terdapat desaturasi oksigen yang hebat (<70%), maka perlu dilakukan tindakan paliatif lebih dahulu.
Sebelum dilakukan terapi definitif yakni operasi, terapi paliatif bisa dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara membuat komunikasi anatomi antara aorta dengan arteri pulmonalis sehingga terbentuk aliran dari kiri-kanan (left-to-right shunt) untuk meningkatkan aliran darah pulmonal. Beberapa prosedur sekarang ini biasa digunakan pada infant yang direncanakan akan menjalani perbaikan definitif di usia yang lebih besar. Operasi yang lengkap pada pasien TOF yaitu menutup VSD dan pembesaran dari infundibulum pulmonal dengan menggunakan pericardial patch. Perbaikan secara elektif biasanya dilakukan pada usia 6-12 bulan untuk menurunkan kemungkinan komplikasi di masa yang akan datang. Kebanyakan pasien TOF yang sudah menjalani perbaikan yang sukses akan asimtomatik hingga dewasa. Namun demikian pada beberapa pasien, antibiotik diperlukan untuk mencegah endokarditis.
Dalam klinik, spell sianotik diatasi dengan posisi lutut-dada pemberian oksigen dan obat seperti morfin atau propanolol. Prinsip pengobatannya adalah mengurangi konsumsi oksigen meningkatkan pengikatan oksigen, dan mengurani aliran pirau kanan ke kiri dengan mengurangi aliran balik vena sistemik dan meningkatkan aliran darah ke paru.
Posisi lutut-dada (knee-chest position/elbow position) yaitu posisi dimana lutu didekatkan pada dada dan sikunya dan anak ditenangkan. Dengan cara ini aliran balik vena sistemik akan berkurang karena sebagian darah akan terkumpul di ekstremitas bawah dan tahanan vaskular sistemik akan meningkat sehingga aliran pirau kanan ke kiri akan berkurang dan aliran darah ke paru akan meningkat. Oksigen 100% yang diberikan dengan sungkup diharapkan oksigenasi akan membaik
Untuk sedasi dapat diberikan injeksi subkutan morfin sulfat 0,1mg/kgBB atau intravena yang dapat diulang setelah 10 menit. Morfin akan mendepresi pusat pernafasan dan menghilangkan refleks hiperventilasi. Dapat juga diberikan obat sedasi yang lain misalnya diazepam 0,1mg/kgBB iv,im, rektal. Bila serangannya berat atau menetap maka akan terjadi asidosis metabolik. Asidosis ini akan memperberat keadaan dan hiperventilasi. Berikan intravena natrium bikarbonas 3-5mEq/kgBB secara perlahan-lahan.
Selanjutnya adapun dosis propanolol (per oral) dengan dosis 0,5-1,5 mg/kgBB/6-8jam sampai dilakukan operasi. Dengan obat ini diharapkan spasme otot infundibuler berkurang dan frekuensi spel menurun. Bila spell menetap atau berulang, dapat diberikan injeksi propanolol intravena (0,02-0,1 mg/kgBB per dosis selama 10 menit. Propanolol lalu dilanjutkan dengan pemberian oral 0,2-0,5mg/kgBB/6 jam. Jangan diberikan bila ada riwayat asma. Vasopresor juga dapat diberiakan yaitu infus Fenilefrin (Neo-Synephrine) 2-5mg/kgBB/menit atau intravena bolus 0,1mg/kgBB. Dapat juga diberikan Metaraminol (aAramien) 50mg/100mm. jangan memakai epinefrin atau norepinefrin karena vasopresor akan meningkatkan tahanan vascular sistemik dan pada pemberiannya tekanan darah harus dipantau dengan. Selain itu, keadaan pasien dengan riwayat spel hipoksia keadaan umumnya harus diperbaiki,  misalnya koreksi anemia, dehidrasi atau infeksi yang semuanya akan meningkatkan frekuensi spell.
Bila spell hipoksia tidak teratasi dengan pemberian propanolol dan keadaan umumnya memburuk, maka harus secepatnya dilakukan operasi. Bila spell berhasil diatasi dengan propanolol dan kondisi bayi cukup baik untuk menunggu, maka operasi koreksi total dilakukan pada usia sekitar 1 tahun.

2.6 Prognosis
Prognosis cukup baik pada yang dioperasi pada usia anak-anak. Prognosis jangka panjang kurang baik apabila pasien dioperasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi ventrikel kiri akibat hipoksia yang lama serta pada pasien pasca bedah sehingga terjadi gagal ventrikel kanan. Tanpa intervensi bedah sebagian besar akan meninggal pada masa anak dengan survival rate : 66 persen pada usia 1 tahun,  40 persen pada usia 3 tahun, 11 persen pada usia 20 tahun, dan 6  persen pada usia 30 tahun, dan 3 persen pada usia 40 tahun (Gambar 2.2).11


Gambar 2.2 Survival rate of TOF
2.7 Komplikasi

Bila tidak dioperasi  maka akan terjadi hipoksia organ-organ tubuh yang kronis, polisitemia, emboli sistemik, dan abses otak. Sedangkan pada pasien pasca bedah, bisa timbul gagal jantung kongestif pada fungsi LV yang buruk atau residual VSD besar, gagal jantung kanan, efusi perikardial atau efusi pleura pada residual PS atau PI yang berat, serta sindroma post kardiotomi.11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar