BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan amnion diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin . Cairan ini berguna sebagai bantalan agar janin terhindar
dari trauma fisik. Selain itu memungkinkan cairan amnion berguna untuk
pertumbuhan paru janin dan penghalang terhadap infeksi . Volume air ketuban
yang normal bervariasi . Volume rata-rata meningkat dengan usia kehamilan ,
memuncak pada 800-1000 mL , yang bertepatan dengan usia kehamilan 36-37 minggu
. Volume yang tidak memadai dari cairan ketuban , oligohidramnion , akan
berakibat buruk pada jaringan paru-paru dan dapat menyebabkan kematian janin.1
Insidensi
oligohidramnion 5-8% dari seluruh kehamilan. Diagnosis oligohidramnion dapat
dicurigai jika tinggi fundus uteri secara signifikan kurang dari taksiran usia
kehamilan. Dari ultrasonografi
dapat diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya kantong
vertikel tunggal yang berukuran 2
cm,
atau AFI (Amnion Fluid
Index)<5cm pada kehamilan aterm atau
<5th persentil sesuai usia kehamilan. 2
Penyebab
oligohidramnion ini bisa karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti
pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti
pada : kelainan ginjal kongenital, penggunaan
ACE
inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital,
NSAIDs). Manajemen oligohidramnion antepartum pilihannya sangat terbatas.
Pertimbangan untung terminasi kehamilan tergantung dari usia kehamilan,
etiologi, dan keadaan janin. 2
Karena cairan
amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan
janin, maka kekurangan jumlah
cairan amnion oleh sebab apapun akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan
dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon
(1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang.5 Sedangkan
menurut Norwitz (2001) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan
ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya
kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI <5cm pada kehamilan
aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.2
2.2 Anatomi
dan Fisiologi Amnion
Amnion
adalah selaput tipis fetus yang mulai dibentuk pada hari ke-8 setelah konsepsi
sebagai kantong kecil yang membungkus permukaan dorsal dari embryonic disc. Secara gradual amnion
akan mengelilingi embryo dan kemudian cairan amnion akan mengisi rongga amnion
tersebut (Gambar 1).2
Gambar 1. Embriologi rongga amnion2
Selaput
amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam
selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang
asalnya dari ektoderm (Gambar 2). Jaringan ini berhubungan dengan lapisan
interstisial yang mengandung kolagen I, III, dan IV. Bagian terluar dari
selaput adalah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm yang berhubungan
dengan korion leave (Gambar 3) .3
Gambar 2. Epitel Amnion4
Gambar 3. Anatomi Amnion4
Cairan
amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,0085.3 Cairan amnion
biasanya mengandung sedikit partikel padat yang berasal dari kulit fetus
(rambut lanugo, sel epitel, sebasea) dan epitel amnion. Warnanya bisa berubah
menjadi hijau atau coklat jika terkena mekonium. Volume cairan amnion pada
kehamilan aterm rata-rata sekitar 800 mL, dengan kisaran dari 400-1500 mL pada
kasus normal. Pada usia kehamilan 10 minggu volume rata-rata ialah 30 mL, 20
minggu sekitar 300 mL, dan pada 30 minggu sekitar 600 mL. Dengan demikian
peningkatannya per minggu yakni sekitar 30 mL, tetapi ini akan menurun ketika
mendekati aterm (Gambar 4). Adapun kandungan penting yang terdapat pada cairan
amnion ketika mendekati aterm : natrium 130mmol/l, urea 3-4 mmol/l, protein
3g/l, lesitin 30-100mg/l, alpha-fetoprotein 0,5-5mg/l, dan hormon serta enzim
yang bersifat bakteriostatik.5
Gambar 4. Volume cairan amnion5
Cairan amnion berasal dari maternal dan fetus. Pada
awal kehamilan sekresi utama cairan amnion berasal dari amnion yang kemudian
terjadi difusi di kulit fetus. Pada kehamilan 20 minggu, kulit fetus kehilangan
permeabilitasnya dan sejak saat ini cairan amnion dihasilkan dari ginjal fetus
(Gambar 5). Pada kasus agenesis ginjal terjadilah oligohidramnion.5
Cairan amnion memiliki fungsi penting untuk
meringankan dampak trauma eksternal pada fetus, melindungi tali pusat dari
kompresi, memudahkan pergerakan fetus sehingga membantu perkembangan sistem muskuloskeletal
fetus, untuk perkembangan paru-paru, lubrikasi kulit fetus, mencegah maternal
korioamnionitis dan infeksi fetus dengan adanya bakteriostatik, dan mengontrol
suhu fetus.2
Gambar 5. Pengaturan cairan amnion4
2.3 Etiologi
Penyebab pasti terjadinya
oligohidramnion masih belum diketahui. Namun,
oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan
cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan
amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi
uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs). Sejumlah
faktor predisposisi telah dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik , dan
beberapa tercantum dalam Tabel 2.1 .2
Beberapa keadaan
yang berhubungan dengan oligohidramnion,
antaranya:5
a. Pada janin :
kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian,
kehamilan postterm
b. Pada placenta :
solusio plasenta
c. Pada ibu : hipertensi, preeklamsi,
diabetes dalam kehamilan
d. Pengaruh obat :
NSAIDs, ACE inhibitor
Tabel
2.1 Keadaan yang berkaitan dengan Oligohidramnion4
2.4 Patofisiologi
Pecahnya membran adalah
penyebab paling umum dari oligohidramnion . Namun, karena cairan ketuban
terutama adalah urine janin di paruh kedua kehamilan , tidak adanya produksi
urin janin atau penyumbatan pada saluran
kemih janin dapat
juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion , yang
terjadi secara fisiologis , juga mengurangi jumlah cairan.1
Masalah pada klinik ialah pecahnya
ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada perokok dan saat terjadi infeksi terjadi
perlemahan pada ketahanan selaput hingga pecah. Pada kehamilan normal hanya ada
sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk ke dalam cairan
amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada
IL-1B, tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan
dengan terjadinya infeksi.3
Pada insufisiensi
plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin yng berlangsung kronis
akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadilah
oligohidramnion.3
2.5 Tanda dan Gejala
Klinis
Tanda
dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus terlihat
lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu yang
sebelumnya pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan gerakan
janin. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari
ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah diraba. Presentasi bokong dapat
terjadi. Pemeriksaan auskultasi normal, denyut jantung janin sudah terdengar
lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak,
persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit
sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada
yang keluar.1
2.6 Diagnosis
Wanita
hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
memperkirakan jumlah cairan amnion, dan memastikan diagnosis oligohidramnion.5
Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang kurang dari
2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu
volume akan berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda
serius apalagi bila bercampur mekonium.3
Amnionic
fluid index (AFI) diukur
pertama dengan membagi uterus menjadi empat kuadran dengan menggunakan linea
nigra sebagai divisi kanan dan kiri, umbilikus untuk kuadran atas dan bawah.
Diameter maksimum vertikal kantong amnion di setiap kuadran yang tidak
mengandung tali pusat atau ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah
pengukuran ini adalah AFI. Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm, dengan
oligohidramnion didefinisikan sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion
karena lebih dari 25 cm (Tabel 2.3). 8
Tabel 2.2 Kategori
Diagnostik Amnionic Fluid Index (AFI)
Volume Cairan
Amnion
|
Nilai AFI (cm)
|
Severe
Oligohydramnion
|
≤5
|
Moderate
Oligohydramnion
|
5.1-8.0
|
Normal
|
8.1-24.0
|
Polyhydramnion
|
>24
|
Penilaian jumlah cairan amnion
melalui pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan dengan cara subjektif
ataupun semikuantitatif.3
·
Penilaian Subjektif3
Dalam
keadaan normal, janin tampak bergerak bebas dan dikelilingi oleh cairan amnion.
Struktur organ janin, plasenta, dan tali pusat dapat terlihat jelas.
Kantung-kantung amnion terlihat di beberapa tempat, terutama pada daerah
diantara kedua tungkai bawah dan diantara dinding depan dan belakang uterus.
Pada kehamilan trimester III biasanya terlihat sebagian dari tubuh janin
bersentuhan dengan dinding depan uterus.
Pada
keadaan oligohidramnion, cairan amnion disebut berkurang bila kantung amnion
hanya terlihat di daerah tungkai bawah dan disebut habis bila tidak terlihat
lagi kantung amnion. Pada keadaan ini aktivitas gerakan janin menjadi
berkurang. Struktur janin sulit dipelajari dan ekstremitas tampak berdesakan.
·
Penilaian
Semikuantitatif3
Penilaian
semikuantitatif dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: (1)
Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu kantong amnion.
Morbiditas dan mortalitas perinatal akan meningkat bila diameter vertikal
terbesar kantong amnion <2cm pada oligohidramnion. (2) pengukuran indeks cairan amnion (ICA).
Pengukuran ICA uterus dibagi kedalam 4 kuadran, pada setiap kuadran uterus
dicari kantong amnion terbesar, bebas dari bagian tali pusat dan ekstremitas
janin.Indeks cairan amnion merupakan hasil penjumlahan dari diameter vertikal
terbesar kantong amnion pada setiap kuadran. Nilai ICA yang normal adalah
antara 5-20 cm. Penulis lain menggunakan batasan 5-18 cm atau 5-25 cm. Disebut
oligohidramnion bila ICA < 5cm.
Gambar
6. Penilaian semikuantitatif (1) Pengukuran diameter vertikal yang terbesar
pada salah satu kantong amnion7
Gambar 6. Penilaian semikuantitatif (2) pengukuran
indeks cairan amnion (ICA)7
Pemeriksaan
laboratorium pada persalinan prematur dapat membantu untuk menilai maturitas
dari paru-paru fetus sehingga bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya respiratory distress syndrome.
Pemeriksaan dilakukan dengan menilai rasio lecithin-sphingomyelin
(L:S) dan konsentrasi phosphatidylglycerol
(PG). Selain itu, pada oligohidramnion dapat dilakukan tes SLE (yang
menyebabkan infark pada plasenta dan insufisiensi plasenta). Evaluasi untuk
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan rendahnya jumlah platelet (HELLP
syndrome); peningkatan tekanan darah tinggi, proteinuria, peningkatan asam
urat, dan peningkatan fungsi hatim dan rendahnya jumlah platelet juga dapat
dilakukan.1
2.7 Terapi
Pertimbangkan
untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah usia kehamilan 26-33
minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya dilakukan.1
Ibu disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna meningkatkan produksi
cairan ketuban dengan meningkatkan ruang intravaskular ibu . Studi menunjukkan
bahwa dengan minum 2 liter air , dapat meningkatkan AFI sebesar 30 % .1
Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau penyebab oligohidramnion tidak
diketahui, amnioinfusion
profilaktik dengan normal salin, ringer
laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan
penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam
uterus selama persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk
melarutkan mekonium yang bercampur dengan cairan amnion. Studi menunjukkan
bahwa normal salin tidak akan mempengaruhi keseimbangan elektrolit fetus. Pada
kehamilan preterm direkomendasikan menggunakan cairan hangat, sedangkan untuk
kehamilan aterm dianjurkan cairan pada suhu ruangan. Aminoinfusion dilakukan dengan menggunakan intrauterine pressure catheter (IUPC). Prosedur melakukannya yakni
(1) menghubungkan kantong cairan infuse ke IV
tubing; (2) Flush tubing, untuk
menghindari masuknya udara ke dalam uterus; (3) Menjelaskan kepada pasien bahwa
prosedur infuse tidak akan menyakitkan. Insersi IUPC mungkin akan tidak nyaman;
(4) Menyiapkan sarung tangan steril, lubrikan, IUPC, dan kabel; (5) atur IUPC
pada tekanan nol atmosfer; (6) Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat
pasien istirahat pada sisi kiri, kanan, dan punggung, lalu rekam.(7) Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC. (8) Bolus dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan
6cm kantung cairan amnion; (9) Gunakan infuse pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam,
yang paling sering digunakan adalah 180 ml per jam. Interpretasinya dikatakan
hasilnya positif jika didapati penurunan keparahan deselerasi, mekonium
berkurang viskositasnya dan warnanya lebih cerah. Sedangkan dikatakan negatif jika
terjadi peningkatan tonus uterus saat istirahat dan tidak ada peningkatan pada
pola DJJ. Kontraindikasi dari amnioinfusion
seperti plasenta previa, korioamnionitis, fetal anomali, malpresentasi
janin, impending delivery, kehamilan
multipel, kelainan uterus, serviks yang tidak berdilatasi, perdarahan pada
trimester III yang tidak terdiagnosa. Adapun komplikasi dari tindakan ini yaitu
hidramnion, prolaps tali pusat, tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio
plasenta, infeksi uterus, maternal
chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena cairan
terlalu dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 7).9
Gambar 7. Prosedur amnioinfusion10
Pada
kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid terakhir. Jika
kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah dengan induksi
atau seksio sesarea. Jika mekonium dijumpai selama persalinan, terapi
aminoinfusion untuk mengurangi resiko gawat janin dan apirasi prenatal.1
Ketika
ibu hamil memiliki
kecenderungan yang tinggi menderita penyakit maternal, persalinan preterm, atau
masalah janin yang membutuhkan fasilitas kesehatan tertier maka segera rujuk ke
pusat tertier.1
2.8 Komplikasi
Oligohidramnion
yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin. Komplikasi
yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan
skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa intra partum, dan
kematian janin.3 Deformitas
yang dapat terjadi pada janin misalnya pada amniotic band syndrome , yaitu terjadinya adhesi
antara amnion dengan fetus yang menyebabkan deformitas yang serius termasuk
amputasi pada ektremitas bawah atau deformitas muskuloskeletal akibat
kompresi pada uterus (seperti clubfoot).2 Resiko infeksi pada
fetus meningkat seiring dengan pecahnya ketuban yang lama.1
2.9 Prognosis
Secara umum, oligohidramnion yang
berkembang di awal kehamilan jarang terjadi dan seringkali memiliki prognosis
yang buruk. Saat didiagnosis pada pertengahan kehamilan, kelainan ini sering
berkaitan dengan agenesis renal (tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal,
angka mortalitasnya mencapai 100%.1
Pada
renal dysplasia atau obstructive uropathy
akan berkaitan erat dengan hipoplasia pulmoner
derajat
ringan-sedang (sindrom Potter, yaitu bayi yang menderita hypoplasia pulmoner)
dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam kasus hipoplasia paru , efektivitas
pengobatan seperti pemberian surfaktan , ventilasi frekuensi tinggi , dan
oksida nitrat belum diketahui efektivitasnya . Prognosis dalam kasus ini
berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia kehamilan saat terjadinya
oligohidramnion.1
Jika
terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal ini kemungkinan berkaitan dengan
abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan cairan amnion gagal
berakumulasi kembali (Tabel 2.2).5
Tabel
2.2 Prognosis Oligohidramnion4
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oligohidramnion
adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari
500 mL.1
Gejala klinis
oligohidramnion adalah pada saat
uterus
terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, adanya penurunan
gerakan janin, uterus
akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah diraba, denyut jantung janin
sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada
setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules
akan terasa sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali
bahkan tidak ada yang keluar.1 Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan
ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2
cm, atau AFI (Amnion Fluid Index)<5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil
sesuai usia kehamilan. Sejumlah faktor
predisposisi telah dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik. Oligohidramnion bisa
terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban
pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan
ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta,
infeksi kongenital, NSAIDs).2. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT,
hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan
asipirasi mekonium pada masa intra partum, dan kematian janin.1 Terminasi
kehamilan dilakukan sesuai keadaan janin dan usia kehamilan.3 Jika
anomali janin tidak dianggap mematikan atau penyebab oligohidramnion tidak
diketahui, amnioinfusion
profilaktik dengan normal salin, ringer
laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan
penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
BAB 4
LAPORAN KASUS
STATUS IBU HAMIL
Anamnesa Pribadi
Nama
:
Ny.W
Umur
:
27 tahun
Alamat :
Medan Tuntungan
Agama
:
Islam
Pekerjaan
:
Ibu rumah tangga
Status
:
Menikah
Tanggal
masuk :
28 Januari 2015
Pukul
:
14.25 wib
GPA
:
G1P0A0
Tinggi
badan :
165 cm
Berat
badan :
75 kg
Anamnesa Penyakit
Keluhan utama : Keluar air dari
kemaluan
Telaah :
Hal ini dialami os sejak tanggal 28
Januari 2015 pukul 04.00 WIB. Riwayat keluar
lendir darah dari kemaluan (-). Riwayat mules-mules mau melahirkan (-). Riwayat Demam (-). BAK
(+) normal, BAB (+) normal.
Riwayat penyakit
terdahulu : DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)
Riwayat
pemakaian obat :
-
RIWAYAT HAID
-
HPHT : 20/04/2014
-
TTP : 27/01/2015
-
ANC : PIH
4 X
RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil
ini
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Sens : Compos mentis Anemis : -
TD :
120/90 mmHg Ikterik :
-
HR : 82x/i Sianosis :
-
RR :
21x/i Dyspnoe
:
-
T : 36,5 0C Oedema :
-
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
:
Membesar asimetris
TFU
:
3 jari dibawah Proc. Xiphoideus, 35
cm
Teregang
:
Kiri
Terbawah
:
Kepala
Gerak
:
(+)
His
:
(-)
DJJ
:
144 x/i, reguler (+)
EBW
: 3500-3700gram
VT
: Serviks tertutup
ST
: Lendir darah (-)
USG Transabdominal :
-
Janin tunggal,
persentasi kepala, anak hidup
-
Fetal
movement ( + ), fetal heart rate ( + ), 144x/i, regular
-
BPD 95,1 mm
-
FL 75,4 mm
-
AC 343,2 mm
-
Plasenta corpus anterior grade III
-
AFI 2cm
Kesan
: Severe
oligohidramnion + IUP ( 38-39) minggu + PK + AH
LABORATORIUM
Hb
/ Ht / L / T : 12,0 / 35,3 / 8.200 / 231.000
DIAGNOSA SEMENTARA
Severe
Oligohidramnion +
PG + KDR (38-39) minggu + PK + AH
TERAPI
-
IVFD RL 20 gtt/i
-
Inj. Cefotaxime 2 gr ( Skin Test
)
RENCANA
Sectio
caessaria CITO a/i Severe Oligohidramnion
Laporan Sectio
caessaria a/i severe
oligohidramnion
Laporan
SC ( Tanggal 28
januari 2015 )
-
Ibu dibaringkan di meja
operasi dengan infuse dan kateter terpasang baik.
-
Dilakukan spinal
anastesi kemudian dilakukan tindakan aseptik dan antiseptic pada dinding
abdomen dengan larutan povidon iodine dan alkohol 70% dan ditutup dengan doek
steril kecuali lapangan operasi.
-
Dilakukan insisi
pfanensteil mulai cutis, subkutis dan fascia. Dengan menyisipkan pinset
anatomis dibawah fascia, digunting keatas dan kebawah.
-
Otot dikuakkan secara
tumpul, peritoneum digunting
-
Tampak uterus
gravidarum, plika vesikouterina disisihkan kearah blast, identifikasi segmen
bawah rahim dan dilakukan insisi konkaf pada uterus hingga subendometrium. Endometrium
ditembus secara tumpul, dengan
meluksir kepala lahir bayi laki-laki, BB=3700
gr, PB = 46 cm, A/S
8/9, anus (+)
-
Tali pusat diklem pada
2 tempat dan digunting diantaranya. Injeksi oxytocin 10 iu/iv. Plasenta
dilahirkan secara PTT, kesan lengkap.
-
Uterus dibersihkan dan dijahit dengan
figure of eight, kontinou, interlocking, overhecting dan repitonealisasi
-
Cavum abdomen
dibersihkan kesan bersih.
-
Abdomen dijahit lapis
demi lapis
-
Luka operasi ditutup
dengan sufratul, kassa steril dan hipavix.
-
Liang vagina
dibersihkan kesan bersih
-
Ku ibu post op : baik.
TERAPI
POST OPERASI
-
IVFD RL + oksitosin
10-10-5-5 iv 20 gtt/i
-
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
-
Inj. Ketorolac 30 mg/ 8
jam
-
Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam
ANJURAN
-
Cek darah rutin 2 jam
post SC
-
Observasi vital sign,
kontraksi, dan tanda-tanda perdarahan
PEMANTAUAN POST SC
Jam
( WIB )
|
15.45
|
16.15
|
16.45
|
17.15
|
17.45
|
Nadi (kali permenit)
|
72
|
74
|
75
|
74
|
82
|
TD ( mmHg )
|
120/80
|
130/80
|
130/80
|
130/80
|
130/80
|
Pernafasan (kali permenit)
|
16
|
16
|
20
|
20
|
20
|
Perdarahan (cc)
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Kontraksi
(1=lemah,
2=kuat)
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
HASIL LABORATORIUM POST
SC
-
Hb : 12,5
-
Leukosit : 11.300
-
Ht : 35,1
-
Trombosit : 230.000
FOLLOW UP
Tanggal
|
29/01/2015
|
30/01/2015
|
31/01/2015
|
Keluhan
Utama
|
Nyeri luka operasi (+)
|
Nyeri luka operasi (+)
|
Nyeri luka operasi (+)
|
Status
Presens
|
Sensorium : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 84x/i
Frekuensi nafas : 18x/i
Temperatur : 37,3 ºC
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
|
Sensorium : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80x/i
Frekuensi nafas : 20x/i
Temperatur : 36,6 ºC
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
|
Sensorium : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 86x/i
Frekuensi nafas : 20x/i
Temperatur : 36,4 ºC
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
|
Status
Lokalisata
|
Abdomen : soepel , peristaltik
(+)
Kontraksi : kuat
TFU : 1 Jari dibawah pusat
Perdarahan pervaginam : tidak
ada, lochia (+) rubra.
Luka operasi : tertutup verban
kesan kering
BAK : (+)
BAB : (-), Flatus (+)
|
Abdomen : soepel , peristaltik
(+)
Kontraksi : kuat
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Perdarahan pervaginam : tidak
ada, lochia (+) rubra.
Luka operasi : tertutup verban
kesan kering
BAK : (+)
BAB : (+), Flatus (+)
|
Abdomen : soepel , peristaltik
(+)
Kontraksi : kuat
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Perdarahan pervaginam : tidak
ada, lochia (+) rubra.
Luka operasi : tertutup verban
kesan kering
BAK : (+)
BAB : (+), Flatus (+)
|
Diagnosis
|
Post SC a/i severe oligohidramnion
+NH1
|
Post SC a/i severe oligohidramnion
+NH2
|
Post SC a/i severe oligohidramnion
+NH3
|
Terapi
|
IVFD RL 20 gtt/i + oxytosin (10 –
10 – 5 – 5 )
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
|
IVFD RL 20 gtt/i + syntocinon 5 IU
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
|
Cefadroxil
2x500mg
Asam mefenamat
3x500mg
B. Complex 2x1
tab
|
Rencana
|
Mobilisasi
|
Aff kateter
|
Aff threeway
|
BAB 5
ANALISA KASUS
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu
kasus seorang wanita berusia 27
tahun dengan diagnosa severe oligohidramnion.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik obstetri, serta pemeriksaan
penunjang berupa USG transabdominal dan
pemeriksaan laboratorium.
Dilaporkan kasus seorang wanita
hamil Ny. W,
27 tahun , G1P0A0,
datang ke RSUPM pada tanggal 28
Januari 2015 pukul 14.25 WIB, dengan keluhan keluar air dari kemaluan.
Hal ini dialami os sejak tanggal 28 Januari 2015 pukul 04.00 WIB.
Riwayat keluar lendir darah dari kemaluan (-). Riwayat mules-mules mau
melahirkan (-). Riwayat Demam (-). BAK (+) normal, BAB (+) normal. Riwayat penyakit
terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat tidak dijumpai.
Pemeriksaan obstetrik didapatkan
abdomen : membesar asimetris, TFU : 3 jari dibawah procesius Xyphoideus (35 cm), tegang : kiri,
terbawah : kepala, gerak : (+) , His : (-), DJJ : 144 x/i, reguler, EBW : 3500 – 3700 gram. VT : serviks tertutup, ST : lendir
darah (-)
Teori
|
Kasus
|
Disebut oligohidramnion
bila pada pemeriksaan ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion
<300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI <5cm pada
kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.2
|
Pada pasien ini didapati AFI 2 cm
|
Penyebab pasti
terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Namun, oligohidramnion bisa terjadi karena
peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan
penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal
kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta,
infeksi kongenital, NSAIDs).2
|
Pada pasien ini penyebab oligohidramnion adalah ketuban pecah dini
yang ditandai dengan keluar air dari kemaluan sejak +10 jam sebelum
masuk rumah sakit.
|
Pertimbangkan untuk hospitalisasi
pada kasus yang didiagnosa setelah usia kehamilan 26-33 minggu. Jika fetus
tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya dilakukan. Pada kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid
terakhir. Jika kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah
dengan induksi atau seksio sesarea.1
Amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat
dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru hipoplastik,
dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
|
Pada pasien ini KDR (38-39)
minggu dengan HPHT 20-04-2014
dan TTP 27-01-2015 dilakukan
tindakan SC Cito.
Tidak
dilakukan amnioinfusion.
|
Oligohidramnion yang terjadi oleh
sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin. Komplikasi yang sering
terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi
tali pusat, dan aspirasi mekonium pada masa intra partum, dan
kematian janin.3
|
Pada kasus
ini, lahir bayi laki-laki BB=3700 gram, PB=46cm, Apgar Score 8/9, anus (+),
deformitas(-).
|
BAB 6
PERMASALAHAN
1. Apakah
tindakan penanganan terhadap kasus diatas sudah tepat?
2. Bagaimana
kompetensi dokter umum dalam menangani kasus
kehamilan dengan oligohidramnion?
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Charter, Barter.
Polyhydramnios and Oligohydramnions. Available at http://reference.medscape.com/article/975821-overview
[Accesed 9th February 2015]
2.
Norwitz, ER.Schorge,
JO. 2001. Obstetrics and Gynecology at a Glance. Blackwell science. p 102-103
3.
Prawirohardjo, Sarwono.
2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 155-156,267-269,277
4.
Cunningham, et al.2010.Williams
Obstetrics 23rd ed. McGraw-Hill.
p 59-61, 490-491, 495-498
5.
Chamberlain, G. 1997. Obstetrics
by 10 Teachers, 16th
ed. Oxford University press. p
13-14
6.
Cunnigham FG. 2005.
Williams Obstetrics 22nd ed.
McGraw-Hill.
p 296- 299
7.
Ultrasound
Assessment of Amniotic Fluid. Available at http://www.fetalultrasound.com/online/text/3-063.HTM
[Accesed 9th February 2015]
8.
John T. Queenan,
Catherine Y. Spong, Charles J. Lockwood. 2007.Management
of High Risk Pregnancy: An Evidence –Based Approach.
Blackwell Publishing : 319
9.
Aminoinfusion
nursing guideline. 2011. Available at http://obgyn.med.umich.edu/sites/obgyn.med.umich.edu/files/internal_resources_clinical/amnioinfusion.pdf [Accesed 13th February
2015]
10. Weismiller, David. 1998. Transcervical amnioinfusion.
East Carolina University School of Medicine Greenville, Am Fam Physician. Feb
1:57(3):504-510. Available at http://www.aafp.org/afp/1998/0201/p504.html [Accesed 13th
February 2015]
Is it fair to win the lottery? | DRMCD
BalasHapusHow many chances do you win on a slot 보령 출장마사지 machine? 충주 출장마사지 What 논산 출장샵 are the chances that a jackpot is won on 진주 출장마사지 a slot machine? Is the jackpot fair to 문경 출장마사지