Minggu, 26 Juli 2015

MAKALAH OLIGOHIDRAMNION - KOAS OBGYN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Cairan amnion diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin . Cairan ini berguna sebagai bantalan agar janin terhindar dari trauma fisik. Selain itu memungkinkan cairan amnion berguna untuk pertumbuhan paru janin dan penghalang terhadap infeksi . Volume air ketuban yang normal bervariasi . Volume rata-rata meningkat dengan usia kehamilan , memuncak pada 800-1000 mL , yang bertepatan dengan usia kehamilan 36-37 minggu . Volume yang tidak memadai dari cairan ketuban , oligohidramnion , akan berakibat buruk pada jaringan paru-paru dan dapat menyebabkan kematian janin.1
            Insidensi oligohidramnion 5-8% dari seluruh kehamilan. Diagnosis oligohidramnion dapat dicurigai jika tinggi fundus uteri secara signifikan kurang dari taksiran usia kehamilan. Dari ultrasonografi dapat diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion Fluid Index)<5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan. 2
            Penyebab oligohidramnion ini bisa karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, penggunaan ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs). Manajemen oligohidramnion antepartum pilihannya sangat terbatas. Pertimbangan untung terminasi kehamilan tergantung dari usia kehamilan, etiologi, dan keadaan janin. 2
            Karena cairan amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan janin, maka kekurangan jumlah cairan amnion oleh sebab apapun akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
            Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang.5  Sedangkan menurut Norwitz (2001) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI <5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.2
2.2 Anatomi dan Fisiologi Amnion
            Amnion adalah selaput tipis fetus yang mulai dibentuk pada hari ke-8 setelah konsepsi sebagai kantong kecil yang membungkus permukaan dorsal dari embryonic disc. Secara gradual amnion akan mengelilingi embryo dan kemudian cairan amnion akan mengisi rongga amnion tersebut (Gambar 1).2

Gambar 1. Embriologi rongga amnion2
            Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya dari ektoderm (Gambar 2). Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial yang mengandung kolagen I, III, dan IV. Bagian terluar dari selaput adalah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm yang berhubungan dengan korion leave (Gambar 3) .3

Gambar 2. Epitel Amnion4

Gambar 3. Anatomi Amnion4
            Cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,0085.3 Cairan amnion biasanya mengandung sedikit partikel padat yang berasal dari kulit fetus (rambut lanugo, sel epitel, sebasea) dan epitel amnion. Warnanya bisa berubah menjadi hijau atau coklat jika terkena mekonium. Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata sekitar 800 mL, dengan kisaran dari 400-1500 mL pada kasus normal. Pada usia kehamilan 10 minggu volume rata-rata ialah 30 mL, 20 minggu sekitar 300 mL, dan pada 30 minggu sekitar 600 mL. Dengan demikian peningkatannya per minggu yakni sekitar 30 mL, tetapi ini akan menurun ketika mendekati aterm (Gambar 4). Adapun kandungan penting yang terdapat pada cairan amnion ketika mendekati aterm : natrium 130mmol/l, urea 3-4 mmol/l, protein 3g/l, lesitin 30-100mg/l, alpha-fetoprotein 0,5-5mg/l, dan hormon serta enzim yang bersifat bakteriostatik.5
Gambar 4. Volume cairan amnion5
Cairan amnion berasal dari maternal dan fetus. Pada awal kehamilan sekresi utama cairan amnion berasal dari amnion yang kemudian terjadi difusi di kulit fetus. Pada kehamilan 20 minggu, kulit fetus kehilangan permeabilitasnya dan sejak saat ini cairan amnion dihasilkan dari ginjal fetus (Gambar 5). Pada kasus agenesis ginjal terjadilah oligohidramnion.5
Cairan amnion memiliki fungsi penting untuk meringankan dampak trauma eksternal pada fetus, melindungi tali pusat dari kompresi, memudahkan pergerakan fetus sehingga membantu perkembangan sistem muskuloskeletal fetus, untuk perkembangan paru-paru, lubrikasi kulit fetus, mencegah maternal korioamnionitis dan infeksi fetus dengan adanya bakteriostatik, dan mengontrol suhu fetus.2
Gambar 5. Pengaturan cairan amnion4
2.3 Etiologi
            Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Namun,  oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs). Sejumlah faktor predisposisi telah dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik , dan beberapa tercantum dalam Tabel 2.1 .2
Beberapa keadaan yang  berhubungan dengan oligohidramnion, antaranya:5
a. Pada janin                : kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian,
  kehamilan postterm
b. Pada placenta          : solusio plasenta
c. Pada ibu                  : hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan
d. Pengaruh obat         : NSAIDs, ACE inhibitor
Tabel 2.1 Keadaan yang berkaitan dengan Oligohidramnion4
2.4 Patofisiologi
            Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion . Namun, karena cairan ketuban terutama adalah urine janin di paruh kedua kehamilan , tidak adanya produksi urin janin atau penyumbatan pada  saluran kemih janin dapat juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion , yang terjadi secara fisiologis , juga mengurangi jumlah cairan.1
            Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada ketahanan selaput hingga pecah. Pada kehamilan normal hanya ada sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk ke dalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL-1B, tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan dengan terjadinya infeksi.3
            Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin yng berlangsung kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadilah oligohidramnion.3
2.5 Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu yang sebelumnya pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan gerakan janin. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah diraba. Presentasi bokong dapat terjadi. Pemeriksaan auskultasi normal, denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.1

2.6 Diagnosis
Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memperkirakan jumlah cairan amnion, dan memastikan diagnosis oligohidramnion.5 Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang kurang dari 2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu volume akan berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda serius apalagi bila bercampur mekonium.3
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus menjadi empat kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan dan kiri, umbilikus untuk kuadran atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal kantong amnion di setiap kuadran yang tidak mengandung tali pusat atau ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini adalah AFI. Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm, dengan oligohidramnion didefinisikan sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm (Tabel 2.3). 8
Tabel 2.2 Kategori Diagnostik Amnionic Fluid Index (AFI)
Volume Cairan Amnion
Nilai AFI (cm)
Severe Oligohydramnion
≤5
Moderate Oligohydramnion
5.1-8.0
Normal
8.1-24.0
Polyhydramnion
>24

            Penilaian jumlah cairan amnion melalui pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan dengan cara subjektif ataupun semikuantitatif.3
·         Penilaian Subjektif3
Dalam keadaan normal, janin tampak bergerak bebas dan dikelilingi oleh cairan amnion. Struktur organ janin, plasenta, dan tali pusat dapat terlihat jelas. Kantung-kantung amnion terlihat di beberapa tempat, terutama pada daerah diantara kedua tungkai bawah dan diantara dinding depan dan belakang uterus. Pada kehamilan trimester III biasanya terlihat sebagian dari tubuh janin bersentuhan dengan dinding depan uterus.
Pada keadaan oligohidramnion, cairan amnion disebut berkurang bila kantung amnion hanya terlihat di daerah tungkai bawah dan disebut habis bila tidak terlihat lagi kantung amnion. Pada keadaan ini aktivitas gerakan janin menjadi berkurang. Struktur janin sulit dipelajari dan ekstremitas tampak berdesakan.

·         Penilaian Semikuantitatif3
Penilaian semikuantitatif dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: (1) Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu kantong amnion. Morbiditas dan mortalitas perinatal akan meningkat bila diameter vertikal terbesar kantong amnion <2cm  pada oligohidramnion.  (2) pengukuran indeks cairan amnion (ICA). Pengukuran ICA uterus dibagi kedalam 4 kuadran, pada setiap kuadran uterus dicari kantong amnion terbesar, bebas dari bagian tali pusat dan ekstremitas janin.Indeks cairan amnion merupakan hasil penjumlahan dari diameter vertikal terbesar kantong amnion pada setiap kuadran. Nilai ICA yang normal adalah antara 5-20 cm. Penulis lain menggunakan batasan 5-18 cm atau 5-25 cm. Disebut oligohidramnion bila ICA < 5cm.

Gambar 6. Penilaian semikuantitatif (1) Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu kantong amnion7

Gambar 6. Penilaian semikuantitatif (2) pengukuran indeks cairan amnion (ICA)7
Pemeriksaan laboratorium pada persalinan prematur dapat membantu untuk menilai maturitas dari paru-paru fetus sehingga bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya respiratory distress syndrome. Pemeriksaan dilakukan dengan menilai rasio lecithin-sphingomyelin (L:S) dan konsentrasi phosphatidylglycerol (PG). Selain itu, pada oligohidramnion dapat dilakukan tes SLE (yang menyebabkan infark pada plasenta dan insufisiensi plasenta). Evaluasi untuk hemolisis, peningkatan enzim hati, dan rendahnya jumlah platelet (HELLP syndrome); peningkatan tekanan darah tinggi, proteinuria, peningkatan asam urat, dan peningkatan fungsi hatim dan rendahnya jumlah platelet juga dapat dilakukan.1
2.7 Terapi
Pertimbangkan untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah usia kehamilan 26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya dilakukan.1 Ibu disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna meningkatkan produksi cairan ketuban dengan meningkatkan ruang intravaskular ibu . Studi menunjukkan bahwa dengan minum 2 liter air , dapat meningkatkan AFI sebesar 30 % .1 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau penyebab oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam uterus selama persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk melarutkan mekonium yang bercampur dengan cairan amnion. Studi menunjukkan bahwa normal salin tidak akan mempengaruhi keseimbangan elektrolit fetus. Pada kehamilan preterm direkomendasikan menggunakan cairan hangat, sedangkan untuk kehamilan aterm dianjurkan cairan pada suhu ruangan. Aminoinfusion dilakukan dengan menggunakan intrauterine pressure catheter (IUPC). Prosedur melakukannya yakni (1) menghubungkan kantong cairan infuse ke IV tubing; (2) Flush tubing, untuk menghindari masuknya udara ke dalam uterus; (3) Menjelaskan kepada pasien bahwa prosedur infuse tidak akan menyakitkan. Insersi IUPC mungkin akan tidak nyaman; (4) Menyiapkan sarung tangan steril, lubrikan, IUPC, dan kabel; (5) atur IUPC pada tekanan nol atmosfer; (6) Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi kiri, kanan, dan punggung, lalu rekam.(7) Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC. (8) Bolus dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan 6cm kantung cairan amnion; (9) Gunakan infuse pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam, yang paling sering digunakan adalah 180 ml per jam. Interpretasinya dikatakan hasilnya positif jika didapati penurunan keparahan deselerasi, mekonium berkurang viskositasnya dan warnanya lebih cerah. Sedangkan dikatakan negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat istirahat dan tidak ada peningkatan pada pola DJJ. Kontraindikasi dari amnioinfusion seperti plasenta previa, korioamnionitis, fetal anomali, malpresentasi janin, impending delivery, kehamilan multipel, kelainan uterus, serviks yang tidak berdilatasi, perdarahan pada trimester III yang tidak terdiagnosa. Adapun komplikasi dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali pusat, tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio plasenta, infeksi uterus, maternal chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena cairan terlalu dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 7).9

Gambar 7. Prosedur amnioinfusion10
Pada kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid terakhir. Jika kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah dengan induksi atau seksio sesarea. Jika mekonium dijumpai selama persalinan, terapi aminoinfusion untuk mengurangi resiko gawat janin dan apirasi prenatal.1
Ketika ibu hamil memiliki kecenderungan yang tinggi menderita penyakit maternal, persalinan preterm, atau masalah janin yang membutuhkan fasilitas kesehatan tertier maka segera rujuk ke pusat tertier.1
2.8 Komplikasi
Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa intra partum, dan kematian janin.3 Deformitas yang dapat terjadi pada janin misalnya pada amniotic band syndrome , yaitu terjadinya adhesi antara amnion dengan fetus yang menyebabkan deformitas yang serius termasuk amputasi pada ektremitas bawah atau deformitas muskuloskeletal akibat kompresi pada uterus  (seperti clubfoot).2 Resiko infeksi pada fetus meningkat seiring dengan pecahnya ketuban yang lama.1
2.9 Prognosis
            Secara umum, oligohidramnion yang berkembang di awal kehamilan jarang terjadi dan seringkali memiliki prognosis yang buruk. Saat didiagnosis pada pertengahan kehamilan, kelainan ini sering berkaitan dengan agenesis renal (tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal, angka mortalitasnya mencapai 100%.1
Pada renal dysplasia atau obstructive uropathy akan berkaitan erat dengan hipoplasia pulmoner derajat ringan-sedang (sindrom Potter, yaitu bayi yang menderita hypoplasia pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam kasus hipoplasia paru , efektivitas pengobatan seperti pemberian surfaktan , ventilasi frekuensi tinggi , dan oksida nitrat belum diketahui efektivitasnya . Prognosis dalam kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia kehamilan saat terjadinya oligohidramnion.1
Jika terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal ini kemungkinan berkaitan dengan abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan cairan amnion gagal berakumulasi kembali (Tabel 2.2).5

Tabel 2.2 Prognosis Oligohidramnion4


BAB 3
PENUTUP
           
3.1 Kesimpulan
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari 500 mL.1 Gejala klinis oligohidramnion adalah pada saat uterus terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, adanya penurunan gerakan janin, uterus akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah diraba, denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.1 Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion Fluid Index)<5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan. Sejumlah faktor predisposisi telah dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik. Oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs).2. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa intra partum, dan kematian janin.1 Terminasi kehamilan dilakukan sesuai keadaan janin dan usia kehamilan.3 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau penyebab oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5

BAB 4
LAPORAN KASUS

STATUS IBU HAMIL
Anamnesa Pribadi
Nama                                  : Ny.W
Umur                                  : 27 tahun
Alamat                                : Medan Tuntungan
Agama                                : Islam
Pekerjaan                            : Ibu rumah tangga
Status                                 : Menikah
Tanggal masuk                   : 28 Januari 2015
Pukul                                  : 14.25 wib
GPA                                   : G1P0A0
Tinggi badan                      : 165 cm
Berat badan                        : 75 kg

Anamnesa Penyakit
Keluhan utama :  Keluar air dari kemaluan
Telaah                : Hal ini dialami os sejak tanggal 28 Januari 2015 pukul 04.00 WIB. Riwayat keluar lendir darah dari kemaluan (-). Riwayat mules-mules mau melahirkan (-). Riwayat Demam (-). BAK (+) normal, BAB (+) normal.
Riwayat penyakit terdahulu    : DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)
Riwayat pemakaian obat         : -

RIWAYAT HAID
-          HPHT  : 20/04/2014
-          TTP     : 27/01/2015
-          ANC    : PIH 4 X

RIWAYAT PERSALINAN
1.      Hamil ini

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Sens         : Compos mentis                                 Anemis          : -
TD           : 120/90 mmHg                                   Ikterik            : -
HR           : 82x/i                                                  Sianosis          : -
RR           : 21x/i                                                  Dyspnoe        : -                          
T              : 36,5 0C                                        Oedema               : -



STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen        : Membesar asimetris
TFU                 : 3 jari dibawah Proc. Xiphoideus, 35 cm
Teregang         : Kiri
Terbawah        : Kepala
Gerak              : (+)
His                   : (-)
DJJ                  : 144 x/i, reguler (+)
EBW               : 3500-3700gram

VT : Serviks tertutup
ST : Lendir darah (-)

USG Transabdominal :
-          Janin tunggal, persentasi kepala, anak hidup
-          Fetal movement ( + ), fetal heart rate ( + ), 144x/i, regular
-          BPD 95,1 mm
-          FL 75,4 mm
-          AC 343,2 mm
-          Plasenta corpus anterior grade III
-          AFI 2cm
Kesan : Severe oligohidramnion  + IUP ( 38-39) minggu + PK + AH

LABORATORIUM
Hb / Ht / L / T : 12,0 / 35,3 / 8.200 / 231.000

DIAGNOSA SEMENTARA
Severe Oligohidramnion + PG + KDR (38-39) minggu + PK + AH

TERAPI
-          IVFD RL 20 gtt/i
-          Inj. Cefotaxime 2 gr ( Skin Test )

RENCANA
Sectio caessaria CITO a/i  Severe Oligohidramnion

Laporan Sectio caessaria  a/i  severe oligohidramnion
Laporan SC ( Tanggal 28 januari 2015 )
-          Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan kateter terpasang baik.
-          Dilakukan spinal anastesi kemudian dilakukan tindakan aseptik dan antiseptic pada dinding abdomen dengan larutan povidon iodine dan alkohol 70% dan ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
-          Dilakukan insisi pfanensteil mulai cutis, subkutis dan fascia. Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawah fascia, digunting keatas dan kebawah.
-          Otot dikuakkan secara tumpul, peritoneum digunting
-          Tampak uterus gravidarum, plika vesikouterina disisihkan kearah blast, identifikasi segmen bawah rahim dan dilakukan insisi konkaf pada uterus hingga subendometrium. Endometrium ditembus secara tumpul, dengan meluksir kepala lahir bayi laki-laki, BB=3700 gr, PB = 46 cm, A/S  8/9, anus (+)
-          Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya. Injeksi oxytocin 10 iu/iv. Plasenta dilahirkan secara PTT, kesan lengkap.
-          Uterus dibersihkan dan dijahit dengan figure of eight, kontinou, interlocking, overhecting dan repitonealisasi
-          Cavum abdomen dibersihkan kesan bersih.
-          Abdomen dijahit lapis demi lapis
-          Luka operasi ditutup dengan sufratul, kassa steril dan hipavix.
-          Liang vagina dibersihkan kesan bersih
-          Ku ibu post op : baik.

TERAPI POST OPERASI
-          IVFD RL + oksitosin 10-10-5-5 iv 20 gtt/i
-          Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
-          Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
-          Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam

ANJURAN
-          Cek darah rutin 2 jam post SC
-          Observasi vital sign, kontraksi, dan tanda-tanda perdarahan
PEMANTAUAN POST SC
Jam ( WIB )
15.45
16.15
16.45
17.15
17.45
Nadi (kali permenit)
72
74
75
74
82
TD ( mmHg )
120/80
130/80
130/80
130/80
130/80
Pernafasan (kali permenit)
16
16
20
20
20
Perdarahan (cc)
3
3
3
3
3
Kontraksi
(1=lemah, 2=kuat)
2
2
2
2
2

HASIL LABORATORIUM POST SC
-          Hb                          : 12,5
-          Leukosit                 : 11.300
-          Ht                          : 35,1
-          Trombosit              : 230.000

FOLLOW UP
Tanggal
29/01/2015
30/01/2015
31/01/2015
Keluhan Utama
Nyeri luka operasi (+)
Nyeri luka operasi (+)
Nyeri luka operasi (+)
Status Presens
Sensorium : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 84x/i
Frekuensi nafas : 18x/i
Temperatur : 37,3 ºC

Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
Sensorium : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80x/i
Frekuensi nafas : 20x/i
Temperatur : 36,6 ºC

Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
Sensorium : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 86x/i
Frekuensi nafas : 20x/i
Temperatur : 36,4 ºC

Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
Status Lokalisata
Abdomen : soepel , peristaltik (+)
Kontraksi : kuat
TFU : 1 Jari dibawah pusat
Perdarahan pervaginam : tidak ada, lochia (+) rubra.
Luka operasi : tertutup verban kesan kering
BAK : (+)
BAB : (-), Flatus (+)
Abdomen : soepel , peristaltik (+)
Kontraksi : kuat
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Perdarahan pervaginam : tidak ada, lochia (+) rubra.
Luka operasi : tertutup verban kesan kering
BAK : (+)
BAB : (+), Flatus (+)
Abdomen : soepel , peristaltik (+)
Kontraksi : kuat
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Perdarahan pervaginam : tidak ada, lochia (+) rubra.
Luka operasi : tertutup verban kesan kering
BAK : (+)
BAB : (+), Flatus (+)
Diagnosis
Post SC a/i severe oligohidramnion +NH1
Post SC a/i severe oligohidramnion +NH2
Post SC a/i severe oligohidramnion +NH3
Terapi
IVFD RL 20 gtt/i + oxytosin (10 – 10 – 5 – 5 )
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
IVFD RL 20 gtt/i + syntocinon 5 IU
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Cefadroxil 2x500mg
Asam mefenamat 3x500mg
B. Complex 2x1 tab
Rencana
Mobilisasi
Aff kateter
Aff threeway


BAB 5
ANALISA KASUS

            Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 27 tahun dengan diagnosa severe oligohidramnion. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik obstetri, serta pemeriksaan penunjang berupa USG transabdominal dan pemeriksaan laboratorium.
            Dilaporkan kasus seorang wanita hamil Ny. W, 27 tahun , G1P0A0, datang ke RSUPM pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 14.25 WIB, dengan keluhan keluar air dari kemaluan. Hal ini dialami os sejak tanggal 28 Januari 2015 pukul 04.00 WIB. Riwayat keluar lendir darah dari kemaluan (-). Riwayat mules-mules mau melahirkan (-). Riwayat Demam (-). BAK (+) normal, BAB (+) normal. Riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat tidak dijumpai.
            Pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen : membesar asimetris, TFU : 3 jari dibawah procesius Xyphoideus (35 cm), tegang : kiri, terbawah : kepala, gerak : (+) , His : (-), DJJ : 144 x/i, reguler, EBW : 3500 – 3700 gram. VT : serviks tertutup, ST : lendir darah (-)
Teori
Kasus
Disebut oligohidramnion bila pada pemeriksaan ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI <5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.2
Pada pasien ini didapati AFI 2 cm
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Namun,  oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs).2
Pada pasien ini penyebab oligohidramnion adalah ketuban pecah dini yang ditandai dengan keluar air dari kemaluan sejak +10 jam sebelum masuk rumah sakit.
Pertimbangkan untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah usia kehamilan 26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya dilakukan. Pada kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid terakhir. Jika kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah dengan induksi atau seksio sesarea.1
Amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
Pada pasien ini KDR (38-39) minggu dengan HPHT 20-04-2014 dan TTP 27-01-2015 dilakukan tindakan SC Cito.
Tidak dilakukan amnioinfusion.
Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan aspirasi mekonium pada masa intra partum, dan
kematian janin.3
Pada kasus ini, lahir bayi laki-laki BB=3700 gram, PB=46cm, Apgar Score 8/9, anus (+), deformitas(-).



BAB 6
PERMASALAHAN
1.      Apakah tindakan penanganan terhadap kasus diatas sudah tepat?
2.      Bagaimana kompetensi dokter umum dalam menangani kasus kehamilan dengan oligohidramnion?


DAFTAR PUSTAKA

1.         Charter, Barter. Polyhydramnios and Oligohydramnions. Available at http://reference.medscape.com/article/975821-overview [Accesed 9th February 2015]
2.         Norwitz, ER.Schorge, JO. 2001. Obstetrics and Gynecology at a Glance. Blackwell science. p 102-103
3.         Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 155-156,267-269,277
4.         Cunningham, et al.2010.Williams Obstetrics 23rd ed. McGraw-Hill. p 59-61, 490-491, 495-498
5.         Chamberlain, G. 1997. Obstetrics by 10 Teachers, 16th ed. Oxford University press. p 13-14
6.         Cunnigham FG. 2005. Williams Obstetrics 22nd ed. McGraw-Hill. p 296- 299
7.         Ultrasound Assessment of Amniotic Fluid. Available at http://www.fetalultrasound.com/online/text/3-063.HTM [Accesed 9th February 2015]
8.         John T. Queenan, Catherine Y. Spong, Charles J. Lockwood. 2007.Management of High Risk Pregnancy: An Evidence –Based Approach. Blackwell Publishing : 319
9.         Aminoinfusion nursing guideline. 2011. Available at http://obgyn.med.umich.edu/sites/obgyn.med.umich.edu/files/internal_resources_clinical/amnioinfusion.pdf [Accesed 13th February 2015]
10.     Weismiller, David. 1998. Transcervical amnioinfusion. East Carolina University School of Medicine Greenville, Am Fam Physician. Feb 1:57(3):504-510.  Available at http://www.aafp.org/afp/1998/0201/p504.html [Accesed 13th February 2015]

1 komentar:

  1. Is it fair to win the lottery? | DRMCD
    How many chances do you win on a slot 보령 출장마사지 machine? 충주 출장마사지 What 논산 출장샵 are the chances that a jackpot is won on 진주 출장마사지 a slot machine? Is the jackpot fair to 문경 출장마사지

    BalasHapus